Sabtu, 26 Januari 2013
Panduan membuat Karya
Tulis Ilmiah Remaja
E-robo
(engineering Reseacher Of budi utomo)
SMKN 1 Jakarta
Pusat
RSBI
Pendahuluan
KIR merupakan kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan oleh SMKN 1 RSBI Jakarta Pusat
sebagai ajang penyaluran bakat dan juga unjuk prestasi siswa/ siswi dalam
bidang penelitian serta sebagai wadah para peneliti muda untuk saling
berkomunikasi satu sama lain.
Tidak ada batas dalam pengumpulan materi buku teks, makalah,
artikel, hasil seminar, maupun karya tulis yang telah dibuat sebelumnya sebagai
bahan referensi, asalkan penulis mencantumkan sumber sesuai dengan tata cara
penulisan ilmiah.
Pedoman membuat Karya Tulis Ilmiah Remaja ini dimaksudkan untuk
digunakan pada penulisan karya tulis sebagai pesyaratan dalam mengikuti lomba
KIR nanti.
Hak Cipta (copyrights)
Hak Cipta karya tulis ada pada penulis yang bersangkutan,
dengan kondisi-kondisi sebagai berikut:
a. Dokumen Fisik Karya tulis yang
diserahkan ke SMKN 1 RSBI Jakarta Pusat sebagai syarat mengikuti Lomba KIR
nanti.
b. SMKN 1 RSBI Jakarta Pusat mempunyai hak untuk mensirkulasi
dan menggandakan karya tulis penulis kepada :
ü Perpustakaan SMKN 1
RSBI JAKATA dalam bentuk fisik dan juga softcopy (disimpan dalam disk).
ü SMKN 1 RSBI
JAKARTA sebagai arsip..
A. Penulisan Karya Tulis
Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan hendaknya
berisi rancangan yang teratur sebagai berikut :
1. Bagian
Awal
a. Halaman Sampul/ Cover
- Judul diketik dengan huruf besar,
hendaknya ekspresif, sesuai dan tepat dengan masalah yang ditulis dan tidak
membuka peluang untuk penafsiran ganda
- Nama penulis dan nomor induk siswa
ditulis dengan jelas
- Sekolah asal ditulis dengan jelas,
sekaligus lambang sekolah, wilayahnya, dan tahun pembuatan
b. Lembar
Pengesahan/ Persetujuan
- Lembar pengesahan memuat judul, nama penulis, dan nomor
induk
- Lembar pengesahan ditandatangani oleh mentor, dan Pembina
KIR dan Kepala Sekolah yang bersangkutan serta berstempel resmi sekolah.
- Lembar pengesahan diberi tanggal sesuai dengan tanggal
pengesahan.
c. Abstak
- Berisi latar belakang, masalah yang diteliti, metode yang
digunakan, hasil yang diperoleh, kesimpulan yang dapat ditarik, serta jika ada
saran yang diajukan.
- Penulisan Abstrak tidak lebih dari 100 kata.
- Pembuatan abstrak dilakukan ketika peneliti telah sampai
pada kesimpulan dari penelitian. Abstrak berisi garis besar dari penelitian
yang dilakukan peneliti.
d. Kata
Pengantar
- Berisi ungkapan syukur, ucapan terima kasih, sekaligus
ringkasan penelitian, beserta harapan untuk kritik dan saran.
e. Daftar
isi
. - Memuat judul bab, judul subbab, judul anak subbab yang
disertai nomor halaman tempat pemuatannya dalam teks. Semua judul bab diketik
dengan huruf capital
f. Daftar
Tabel
-Daftar tabel berisi halaman tiap tabel berada, diberi nomor
urut romawi kecil sesuai dengan urutannya. Daftar tabel memuat nama tabel,
deskripsi tabel dan halaman tabel.
g. Daftar
Gambar
-Daftar gambar berisi halaman tiap gambar, ilustrasi atau
foto berada, diberi nomor urut romawi kecil sesuai dengan urutannya. Daftar
gambarl memuat nama gambar, deskripsi gambar dan halaman gambar.
2. Bagian Inti
Karya tulis yang dibuat pada intinya memiliki 5 BAB dari
Pendahuluan, Kajian Teori, Metodologi Penelitian, Pembahasan, Penutup.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Merupakan garis besar mengenai penelitian yg dibuat, masalah
yang diangkat, mengapa diteliti, dan untuk apa diteliti.
1.2
Identifikasi Masalah
Berisi lebih jelas tentang masalah-masalah yang ada dalam
penelitian, di uraikan dalam bentuk kalimat tanya.
1.3 Batasan
Masalah
Penggunaannya agar permasalahan yang akan dibahas tidak
melebar, dengan pembatasan masalah jenis atau sifat hubungan antara variabel
yang timbul dalam perumusan masalah, dan subek penelitian semakin kecil ruang
lingkupnya. Batasan masalah biasanya diuraikan dalam bentuk kalimat
pernyataan.
1.4
Perumusan Masalah
Merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya, pernyataan yang lengkap
dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan
identifikasi masalah dan batasan masalah. Ditulis dalam bentuk kalimat tanya.
Rumusan masalah yang baik akan menampilkan variabel yang akan diteliti, jenis
atau sifat hubungan antara variable tersebut, dan subjek penelitian.
1.5 Tujuan
Berisi maksud dan tujuan penelitian
1.6 Kegunaan
Penelitian
Harapan yang berkaitan dengan hasil penelitian, baik praktis
maupun teoritis. Sampai seberapa jauh hasil penelitian bermanfaat dalam
kegunaan praktis, serta pengembangan sesuatu ilmu sebagai landasan dasar
pengembangan selanjutnya. Harus ada keseimbangan antara kegunaan hasil
penelitian untuk aspek ilmu dengan aspek praktis.
BAB II Kajian Teori
2.1 Kajian
teori berisi :
1) Uraian yang menunjukkan landasan
teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang dikaji,
2) Uraian mengenai pendapat yang
berkaitan dengan masalah yang dikaji,
3) Berisi mengenai teori-teori yang
berhubungan dengan penelitian, dengan mencantumkan sumber yang jelas.
4) Definisi teoritis tentang objek /
variable yang diteliti.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi
variabel atau unit yang ingin kita teliti.
2.3 Kerangka Berfikir
Uraikan cara mengalirkan jalan
pikiran peneliti menurut kerangka teori dan kerangka konsep yang logis, dengan
kerangka berpikir deduktif. Biasanya disajikan dalam bentuk diagram alur.
2.2
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
akan diidentifikasikan. Bentuk kalimatnya adalah kalimat pernyataan menurut
ketentuan “proporsional”, yaitu kalimat yang terdiri dari dua variable.
Hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena
pada dasarnya hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan teoritis
yang diperoleh dari kajian pustaka.
BAB III Metodologi Penelitian
3.1 Metode
Penelitian
3.2 Variabel
3.3 Waktu
dan Tempat Penelitian
3.4 Alat dan
Bahan
3.5
Rancangan Penelitian
3.6
Instrumen Penelitian
3.7 Teknik
Pengumpulan Data
3.8 Analisis
Data
BAB IV Pembahasan
Bagian
pembahasan berisi poin-poin berikut
1.
Pembahasan penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian dicapai.
2.
Menafsirkan temuan penelitian.
3. Menganalisis
hasil penelitian.
4.
Mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah
mapan.
5.
Menjelaskan implikasi lain dari hasil penelitian, termasuk keterbatasan temuan
penelitian.
BAB V Penutup
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang ada,
sehingga terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Kesimpulan juga dapat ditarik dari hasil pembahasan. Kesimpulan penelitian
merangkum semua hasil penelitian yang telah diuraikan secara lengkap dalam BAB
IV
5.2 Saran
Saran yang diajukan hendaknya
selalu bersumber pada temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan hasil
penelitian. Saran dapat ditunjukkan pada
suatu instansi seperti
pemerintahan, lembaga, ataupun swasta, ataupun pihak lain yang dianggap layak.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka/bibliografi adalah
daftar yang berisi buku, artikel, dokumen, dan segenap kepustakaan lainnya yang
digunakan dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, ditempatkan di bagian terakhir
(halaman terpisah/tersendiri) dari tulisan ilmiah tersebut. Daftar pustaka atau
bibliografi mutlak ada dalam sebuah karya ilmiah, menunjukkan sifat referensial
atas karya tersebut. Bibliografi disusun secara alfabetis (Lampiran
VI.3).
Unsur-unsur dalam sebuah daftar
pustaka:
ü Nama pengarang (ditulis secara
terbalik).
ü Judul buku (termasuk judul
tambahannya).
ü Data publikasi (tempat terbit, nama
penerbit, tahun terbit).
ü Nama pengarang artikel dan judul
artikel (untuk artikel).
ü Data publikasi media, untuk artikel di
media (nama media, tanggal terbit).
ü Alamat lengkap internet dan waktu
akses (untuk bahan dari internet).
Cara penyusunan daftar pustaka:
Buku dengan satu pengarang
Nama pengarang
(dibalik). Judul buku. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Barrat, David. Media
Sociology. London and New York: Routledge, 1994.
Buku dengan dua atau tiga pengarang
Nama pengarang 1 (dibalik), nama
pengarang 2 (tidak dibalik), nama pengarang 3 (tidak dibalik). Judul buku.
Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Dreyfus, Hubert L., Paul Rabinow.
Beyond Structuralism and Hermeneutics. Chicago: University of Chicago
Press, 1982.
Buku dengan banyak pengarang
Nama pengarang 1 (dibalik), et.al.
Judul buku. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Ibrahim, Idi Subandi, et.al.
Hegemoni Budaya. Yogyakarta: Bentang, 1997.
Buku yang telah direvisi
Nama pengarang
(dibalik). Judul buku. Rev.ed. Kota penerbit: nama penerbit, tahun
terbit.
Rakhmat,
Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Rev.ed. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003.
Buku yang terdiri dua jilid atau lebih
Nama pengarang (dibalik). Judul
buku. Volume/Jilid. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Lapidus, Ira M. A History of
Islamic Societes. Vol.1. Cambridge: Cambridge University Press, 1988.
Buku terjemahan
Nama pengarang asli (dibalik). Judul
buku, terj. nama penerjemah. Kota penerbit: nama penerbit, tahun
terbit.
Berger, Arthur Asa. Media
Analysis Techniques, terj. Setio Budi HH. Yogyakarta: Penerbitan
Universitas Atma Jaya, 2000.
Kamus
Nama pengarang
kamus (dibalik). Judul kamus. Kota penerbit: nama penerbit, tahun
terbit.
Bagus, Lorens. Kamus
Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994.
Artikel dari sebuah buku antologi
Nama pengarang artikel (dibalik).
”Judul artikel,” Judul buku, ed. nama editor. Kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit.
Alam, Rudi Harisyah. “Perspektif
Pasca-Modernisme dalam Kajian Keagamaan,” Kajian Keagamaan dalam Tradisi
Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin
Ilmu, eds. Prof.
Dr. Mastuhu, M.Ed., M. Deden Ridwan. Bandung: Penerbit Nuansa dan PUSJARLIT,
1998.
Perhatian: jika editor satu orang
maka menggunakan singkatan ed., namun jika editor dua orang atau lebih
menggunakan singkatan eds.
Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah
Nama pengarang artikel (dibalik).
”Judul artikel,” Nama jurnal/majalah ilmiah, edisi jurnal (bulan terbit,
tahun terbit), halaman.
Hidayat, Dedy N. "Paradigma dan Perkembangan Penelitian
Komunikasi," Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, II
(Oktober, 1998), hal. 32-43.
Perhatian: halaman yang dimaksud di daftar pustaka ini adalah
halaman dari awal sampai akhir tempat artikel berada dalam jurnal/majalah
ilmiah, bukan halaman yang dikutip.
Artikel dari koran/majalah
Nama pengarang
artikel (dibalik). ”Judul artikel,” Nama media, tanggal dan tahun
terbit.
Fukuyama,
Francis. “Benturan Islam dan Modernitas,” Koran Tempo, 22 November 2001.
Berita koran/majalah
”Judul berita,” Nama media,
tanggal dan tahun terbit.
“Islam di AS Jadi Agama Kedua,” Republika,
10 September 2002.
Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan
Nama penulis (dibalik). ”Judul
skripsi/tesis/disertasi.” Level karya, fakultas dan universitas, nama kota,
tahun terbit.
Nazaruddin, Muzayin. “War Against
Terrorism: Critical Discourse Analysis.” Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004.
Makalah
seminar yang tidak diterbitkan
Nama penulis (dibalik). ”Judul
makalah.” Forum penyampaian makalah, penyelenggara seminar, nama kota, tahun.
Nazaruddin, Muzayin. “Dua Tipe
Perempuan dalam Film dan Sinetron Mistik Indonesia.” Makalah disampaikan dalam
Temu Ilmiah Nasional, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.
Dokumen yang tidak diterbitkan
Lembaga yang mengeluarkan
dokumen. Nama dokumen. Nama kota, tanggal dan tahun dikeluarkan dokumen.
U.S. Department of Foreign Affairs. Testimony
by John. J. Maresca, Vice President International Relations Unocal Corporation
to House Committee on International Relations Subcommittee on Asia and The
Pacific. Washington D.C., 12 February 1998.
Artikel di internet
Nama penulis (dibalik). ”Judul
artikel.” Alamat lengkap internet (waktu akses).
McChesney, Robert. “Rich Media
Poor Democracy.” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html
(akses 16 Agustus 2006).
”Judul artikel.” Alamat lengkap
internet (waktu akses).
“Pengelolaan Bencana: Pengelolaan
Kerentanan Masyarakat.”
www.walhi.or.id/kampanye/bencana (akses 17 Agustus 2006).
LAMPIRAN
Berisi lampiran lampiran berupa
foto, tabel, ataupun hal hal yang akan dilampirkan.
4. Aturan Penulisan Karya Tulis
A. Persyaratan Penulisan
1. Naskah ditulis minimal 20 halaman
dan maksimal halaman tidak ditentukan. Jumlah halaman yang tidak sesuai dengan
ketentuan jumlah halaman tersebut dapat mengurangi penilaian.
2. Bahasa Indonesia yang digunakan
hendaknya baku dengan tata bahasa dan ejaan yang disempurnakan, sederhana,
jelas, satu kesatuan, mengutamakan istilah yang mudah dimengerti, tidak
menggunakan singkatan seperti tdk, tsb, yg, dgn, dll.,sbb.
B. Pengetikan
1. Tata Letak
a. Karya tulis diketik 1.5 spasi pada kertas berukuran A4,
(font 12, Times New Roman style).
b. Batas pengetikan :
1) Samping kiri 4 cm
2) Samping kanan 3 cm
3) Batas atas dan bawah masing-masing 3 cm
4) Batas pengetikan 2 cm pada bagian bawah.
c. Jarak pengetikan, Bab, Sub-bab dan
perinciannya
1) Jarak pengetikan antara Bab dan
Sub-bab 3 spasi, Sub-bab dan kalimat di bawahnya 2 spasi.
2) Judul Bab diketik di tengah-tengah
dengan huruf besar dan dengan jarak 4 cm dari tepi atas dan tanpa
digarisbawahi.
3) Judul Sub-bab ditulis mulai dari
sebelah kiri, huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf besar (huruf
kapital), kecuali kata-kata tugas, seperti yang, dari, dan.
4) Judul anak Sub-bab ditulis mulai
dari sebelah kiri dengan indensi 5 (lima) pukulan yang diberi garis bawah.
Huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf besar (huruf kapital), kecuali
kata-kata tugas, seperti yang, dari, dan.
5) Jika masih ada subjudul dalam
tingkatan yang lebih rendah, ditulis seperti
pada butir (3) di atas, lalu diikuti
oleh kalimat berikutnya.
2. Pengetikan Kalimat
Alinea baru
diketik sebaris dengan baris di atasnya dengan jarak 2 spasi.
Pengetikan
kutipan langsung yang lebih dari 3 baris diketik 1 spasi menjorok ke dalam dan
semuanya tanpa diberi tanda petik.
3. Penomoran Halaman
a. Bagian
pendahuluuan yang meliputi halaman judul, nama / daftar anggota kelompok, kata
pengantar dan daftar isi memakai angka romawi kecil dan diketik sebelah kanan
bawah (I, ii dan seterusnya).
b. Bagian tubuh
/ pokok sampai dengan bagian penutup memakai angka arab dan diketik dengan
jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas (1,2,3 dan seterusnya).
c. Nomor halaman pertama dari tiap Bab tidak ditulis tetapi
tetap diperhitungkan.
4. Kutipan, Catatan Kaki, Catatan Tubuh
a. Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat
atau pendapat dari seorang penulis, baik yang terdapat dalam buku, majalah,
koran, dan sumber lainnya, ataupun berasal dari ucapan seorang tokoh. Kutipan
digunakan untuk mendukung argumentasi penulis.
Kutipan juga bisa diambil dari
pernyataan lisan dalam sebuah wawancara, ceramah, ataupun pidato. Namun,
kutipan dari pernyataan lisan ini harus dikonfirmasikan dulu kepada
narasumbernya sebelum dicantumkan dalam tulisan.
Terdapat dua
jenis kutipan:
a. Kutipan
langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain secara lengkap
kata demi kata, kalimat demi kalimat, sesuai teks asli, tidak mengadakan
perubahan sama sekali.
b. Kutipan
tidak langsung, apabila penulis mengambil pendapat orang lain dengan
menguraikan inti sari pendapat tersebut, susunan kalimat sesuai dengan gaya
bahasa penulis sendiri.
5. Teknik
Menggunakan Catatan Kaki
Catatan kaki
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan catatan tubuh, yaitu:
1). Catatan
kaki mampu menunjukkan sumber referensi dengan lebih lengkap. Dalam cacatan
tubuh, yang ditampilkan hanya nama pengarang, tahun terbit buku, serta halaman
buku yang dikutip. Dalam catatan kaki, nama pengarang, judul buku, tahun
terbit, nama penerbit, dan halaman dapat dicantumkan semua. Hal ini tentu
mempermudah penelusuran bagi pembaca.
2). Selain
sebagai penunjukan referensi, catatan kaki dapat berfungsi untuk memberikan
catatan penjelas yang diperlukan. Hal ini tentu tidak dapat dilakukan dengan
catatan tubuh.
3). Catatan
kaki dapat digunakan untuk merujuk bagian lain dari sebuah tulisan.
Berdasarkan kelebihannya
tersebut, catatan kaki bisa berisi:
1).
Penunjukan sumber kutipan (referensi).
2). Catatan
penjelas.
3).
Penunjukan sumber kutipan sekaligus catatan penjelas.
Prinsip-prinsip dalam menuliskan
catatan kaki:
1) Catatan
kaki dicantumkan di bagian bawah halaman, dipisahkan dengan naskah skripsi oleh
sebuah garis. Pemisahan ini akan otomatis dilakukan oleh program Microsoft
Word dengan cara mengklik insert, kemudian reference,
kemudian footnote.
2) Nomor
cacatan kaki ditulis secara urut pada tiap bab, mulai dari nomor satu. Artinya,
cacatan kaki pertama di tiap awal bab menggunakan nomor satu, begitu
seterusnya.
3) Catatan
kaki ditulis dengan satu spasi.
4) Pilihan
huruf dalam catatan kaki harus sama dengan pilihan huruf dalam naskah skripsi,
hanya ukurannya lebih kecil, yaitu:
ü Times New Roman (size 10) ü Tahoma
(size 9)
ü Arial (size 9)
5) Baris pertama catatan kaki
menjorok ke dalam sebanyak tujuh karakter.
6) Judul buku dalam catatan kaki
ditulis miring (italic).
7) Nama pengarang dalam catatan
kaki ditulis lengkap dan tidak dibalik.
8) Catatan kaki bisa berisi
keterangan tambahan. Pertimbangan utama memberikan keterangan tambahan adalah:
jika keterangan tersebut ditempatkan dalam naskah (menyatu dengan naskah) akan
merusak alur tulisan atau naskah tersebut. Tidak ada batasan seberapa panjang
keterangan tambahan, asalkan proporsional.
Buku dengan satu pengarang
Nama pengarang, judul buku (kota
penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.1
Buku dengan dua
atau tiga pengarang
Nama pengarang 1, nama pengarang 2,
nama pengarang 3, judul buku (kota penerbit: nama penerbit, tahun
terbit), halaman.2
Buku dengan banyak pengarang
Nama pengarang pertama, et al.,
judul buku (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.3 Perhatikan: hanya
nama pengarang pertama yang dicantumkan, nama-nama pengarang lainnya diganti
dengan singkatan et al.
Buku yang telah
direvisi
Nama pengarang, judul buku (rev.ed.;
kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.4 Perhatikan: singkatan rev.ed. menunjukkan
bahwa buku tersebut telah mengalami revisi.
Buku yang terdiri dua jilid atau lebih
Nama pengarang, judul buku (nomor
volume/jilid; kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.5
1
David
Barrat, Media Sociology (London and New York: Routledge, 1994), hal.
273.
2
Hubert
L. Dreyfus, Paul Rabinow, Beyond Structuralism and Hermeneutics (Chicago:
University of Chicago Press, 1982), hal. 72 - 76.
3
Idi
Subandi Ibrahim, et al., Hegemoni Budaya (Yogyakarta: Bentang,
1997), hal. 52 - 54.
4
Jalaluddin
Rakhmat, Psikologi Komunikasi (rev.ed.; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), hal. 55.
Buku
terjemahan
Nama pengarang
asli, judul buku, terj. nama penerjemah (kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit), halaman.6
Perhatikan: singkatan terj. menunjukkan bahwa buku tersebut telah
diterjemahkan dan penulis mengutip dari terjemahan tersebut.
Kamus
Nama pengarang, judul
kamus (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.7
Artikel
dari sebuah buku antologi
Nama
pengarang artikel, ”judul artikel,” judul buku, ed. nama editor
(kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.8 Perhatikan: jika editor satu orang maka
menggunakan singkatan ed., namun jika editor dua orang atau lebih
menggunakan singkatan eds.
Artikel
dari sebuah jurnal/majalah ilmiah
Nama
pengarang artikel, ”judul artikel,” nama jurnal/majalah ilmiah, edisi
jurnal (bulan terbit, tahun terbit), halaman.9
Artikel
dari koran/majalah
Nama pengarang artikel, ”judul
artikel,” nama media, tanggal terbit, tahun, halaman.10
Berita
koran/majalah
”Judul berita,” nama media,
tanggal terbit, tahun, halaman.11
5
Ira M. Lapidus, A History
of Islamic Societes (Vol.1; Cambridge: Cambridge University Press, 1988),
hal. 131.
6
Arthur Asa Berger, Media
Analysis Techniques, terj. Setio Budi HH. (Yogyakarta: Penerbitan
Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45.
7 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1994), hal. 595.
8 Rudi Harisyah Alam, “Perspektif
Pasca-Modernisme dalam Kajian Keagamaan,” Kajian Keagamaan dalam Tradisi
Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu, eds. Prof. Dr.
Mastuhu, M.Ed., M. Deden Ridwan (Bandung: Penerbit Nuansa dan PUSJARLIT, 1998),
hal. 67-77.
9
Dedy N. Hidayat,
"Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan
Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 2 (Oktober, 1998), hal. 25-26.
10 Francis Fukuyama, “Benturan Islam dan
Modernitas,” Koran Tempo, 22 November, 2001, hal. 4.
Skripsi/Tesis/Disertasi
yang belum diterbitkan
Nama penulis, ”judul
skripsi/tesis/disertasi,” (level karya, fakultas dan universitas, nama kota,
tahun terbit), halaman.12
Makalah
seminar yang tidak diterbitkan
Nama penulis, ”judul makalah,” (forum
penyampaian makalah, penyelenggara seminar, nama kota, tanggal seminar, tahun).13
Dokumen yang tidak diterbitkan
Lembaga yang mengeluarkan dokumen, nama
dokumen, (nama kota, tanggal dikeluarkan dokumen, tahun).14
Artikel dari internet
Nama penulis, ”judul artikel,” alamat
lengkap internet (tanggal akses).15
Jika artikel di internet tidak mencantumkan
nama penulis, maka langsung mengacu pada judul artikel.16
Pernyataan
lisan
Nama
narasumber, jenis pernyataan (wawancara atau pidato), tanggal pernyataan
dilakukan.17
Referensi
dari sumber kedua
Keterangan lengkap sumber pertama (sesuai
dengan aturan catatan kaki), seperti dikutip oleh keterangan lengkap
sumber kedua (sesuai aturan catatan kaki).18
11 “Islam di AS Jadi Agama Kedua,” Republika,
10 September, 2002, hal. 6.
12 Muzayin Nazaruddin, “War Against
Terrorism: Critical Discourse Analysis,” (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004), hal. 205.
13 Muzayin Nazaruddin, “Dua Tipe Perempuan
dalam Film dan Sinetron Mistik Indonesia,” (Makalah disampaikan dalam Temu
Ilmiah Nasional, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta, 26 – 28
Juni, 2007).
14 U.S.
Department of Foreign Affairs, Testimony by John. J. Maresca, Vice President
International Relations Unocal Corporation to House Committee on International
Relations Subcommittee on Asia and The Pacific (Washington D.C., 12
February, 1998).
15 Robert McChesney, “Rich Media Poor
Democracy,” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html (akses 16
Agustus 2006).
16 “Pengelolaan Bencana: Pengelolaan
Kerentanan Masyarakat,” www.walhi.or.id/kampanye/bencana (akses 17 Agustus
2006).
17 Samijan, wawancara dengan penulis, 11
November 2006.
Perhatikan: frase ”seperti
dikutip oleh” menunjukkan bahwa penulis tidak membaca sumber asal (pertama)
kutipan, hanya membaca dari orang lain (sumber kedua) yang mengutip sumber
pertama.
a. Beberapa Singkatan Khusus dalam Catatan Kaki
1) Ibid.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin ibidem yang
berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini digunakan apabila referensi
dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan referensi pada nomor sebelumnya
(tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila halamannya sama, cukup ditulis Ibid.,
bila halamannya berbeda, setelah Ibid. dituliskan nomor halamannya.
2) Op.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin opere citato yang
berarti pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan apabila
referensi dalam catatan kaki pada nomor tersebut sama dengan referensi yang
telah dikutip sebelumnya, namun diselingi catatan kaki lain. Op.Cit. khusus
digunakan bagi referensi yang berupa buku.
3) Loc.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin loco citato yang
berarti pada tempat yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan sama
dengan Op.Cit., yaitu apabila referensi dalam catatan kaki pada nomor
tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi
catatan kaki lain. Namun, referensi yang diacu Loc.Cit. bukan berupa
buku, melainkan artikel, baik itu dari koran, majalah, ensiklopedi, internet,
atau lainnya.
Contoh penggunaan:
1 Arthur Asa
Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi (Yogyakarta:
Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 45.
2 Ibid.
3 Ibid.,
hal. 55.
4 Dedy N. Hidayat,
"Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan
Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 2 (Oktober, 1998), hal. 25-26.
5 Ibid.,
hal. 28.
6 Arthur Asa
Berger, Op.Cit., hal. 70.
7 Hubert L.
Dreyfus, Paul Rabinow, Beyond Structuralism and Hermeneutics (Chicago:
University of Chicago Press, 1982), hal. 72 - 76.
8 Francis
Fukuyama, “Benturan Islam dan Modernitas,” Koran Tempo, 22 November,
2001, hal. 45.
9 Robert
McChesney, “Rich Media Poor Democracy,” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html
(akses 16 Agustus 2006).
10 Arthur Asa
Berger, Op.Cit., hal. 96.
18 Karl Marx, Selected Writings in
Sociology and Social Philosophy, eds. T.B. Bottomore and Maximilien
Rubel (New York: McGraw-Hill, 1964), hal. 78, seperti dikutip oleh Arthur Asa
Berger, Media Analysis Techngiques, terj. Setio Budi HH.
(Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45.
11 Ibid., hal. 99.
12 Ibid.
13 Dedy N.
Hidayat, Loc.Cit., hal. 22.
14 Francis
Fukuyama, Loc.Cit.
15 Hubert L.
Dreyfus, Paul Rabinow, Op.Cit., 58.
16 Dedy N.
Hidayat, Loc.Cit., hal. 21.
Cara membaca:
ü
Catatan kaki nomor (2) menggunakan Ibid.,
karena sumber kutipannya sama persis dengan nomor (1) baik buku maupun
halamannya.
ü Catatan
kaki nomor (3) buku referensinya sama dengan nomor (2), hanya saja beda
halamannya.
ü Catatan
kaki nomor (5) referensinya sama dengan nomor (4), hanya saja beda halamannya.
ü Catatan
kaki nomor (6), referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh
catatan kaki lain, maka menggunakan Op.Cit., serta menuliskan nama
pengarang dan halaman.
ü Catatan
kaki nomor (10) referensinya sama dengan nomor (1), karena telah diselingi oleh
catatan kaki lain, maka menggunakan Op.Cit.
ü Catatan
kaki nomor (11), referensinya sama dengan catatan kaki sebelumnya, tanpa
diselingi catatan kaki lain, yaitu nomor (10), hanya saja beda halamannya.
ü Catatan
kaki nomor (12) referensinya sama persis dengan nomor (11).
ü Catatan
kaki nomor (13) referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya,
karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel
(bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit., serta menuliskan
halamannya.
ü Catatan
kaki nomor (14) referensinya sama persis, termasuk halamannya, dengan nomor
(8), karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (8) berbentuk
artikel (bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit.
ü Catatan
kaki nomor (15) referensinya sama dengan nomor (7), hanya beda halaman, karena
telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (7) berbentuk buku (bukan
artikel) maka menggunakan Op.Cit., serta menuliskan halamannya.
ü Catatan
kaki nomor (16) referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda halamannya,
karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4) berbentuk artikel
(bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit., serta menuliskan
halamannya.
b. Teknik Menggunakan Catatan Tubuh
Kelebihan
catatan tubuh adalah kemudahan bagi pembaca dalam mengecek sumber sebuah
kutipan yang langsung terdapat sebelum atau setelah kutipan tersebut, tanpa
perlu berpindah ke bagian bawah halaman.
Prinsip-prinsip dalam menuliskan
catatan tubuh:
1). Catatan tubuh menyatu dengan naskah, hanya ditandai
dengan kurung buka dan kurung tutup.
2). Catatan
tubuh memuat nama belakang penulis, tahun terbit buku dan halaman yang dikutip.
Contoh:
a). Nama penulis adalah Arthur
Asa Berger, maka cukup ditulis Berger.
b). Nama penulis Jalaluddin
Rakhmat, maka cukup ditulis Rakhmat.
3). Terdapat dua cara menuliskan catatan tubuh:
a). Nama
penulis, tahun terbit dan halaman berada dalam tanda kurung, ditempatkan
setelah selesainya sebuah kutipan. Jika kutipan ini merupakan akhir kalimat,
maka tanda titik ditempatkan setelah kurung tutup catatan tubuh. Contoh:
Di titik inilah esensi
hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan
orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat
(Lull, 1995: 31-38).
b). Nama
penulis menyatu dalam naskah tulisan, tidak berada dalam tanda kurung,
sementara tahun penerbitan dan halaman berada dalam tanda kurung. Model ini
biasanya ditempatkan sebelum sebuah kutipan. Contoh:
Menurut Lull (1995: 31-38), di
titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang menjadi
alat sosialisasi dan orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan
diterima oleh masyarakat.
Buku dengan satu pengarang
ü ..... (Lull, 1995: 31 – 38).
ü Menurut Lull (1995: 31 – 38), .....
Buku dengan dua atau tiga
pengarang
ü ….. (Dreyfus dan Rabinow, 1982: 72 – 76).
ü Dreyfus dan Rabinow (1982: 72 – 76) mengatakan …..
Buku dengan banyak pengarang
ü ...... (Ibrahim, et al., 1997: 52 – 54).
ü ...... (Ibrahim, dkk., 1997: 52 – 54).
Buku yang terdiri dua jilid
atau lebih
ü ..... (Lapidus, Vol.1, 1988: 131).
ü Mengacu pada Lapidus (Vol.1, 1988: 131), …..
Buku terjemahan
ü ….. (Berger, terj., Setio Budi, 2000: 44 – 45).
ü Berger (terj., Setio Budi, 2000: 44 – 45)
menandaskan .....
Artikel dari sebuah buku
antologi
ü ..... (Alam, dalam Mastuhu dan Ridwan (eds.), 1998:
77).
ü Menurut Alam (dalam Mastuhu dan Ridwan (eds.), 1998:
77), .....
Perhatikan: jika editor satu orang
maka menggunakan singkatan ed., namun jika editor dua orang atau lebih
menggunakan singkatan eds.
Artikel
dari sebuah jurnal/majalah ilmiah
ü ...... (Hidayat, Jurnal ISKI, No. 2, Oktober 1998:
25-26).
ü Hidayat (Jurnal ISKI, No. 2, Oktober 1998: 25-26)
menyebut …..
Artikel dari koran/majalah
ü ..... (Fukuyama, Koran Tempo, 22 November 2001).
ü Melandaskan argumen pada Fukuyama (Koran Tempo, 22
November 2001), ......
Berita koran/majalah
ü ..... (Republika, 10 September 2002).
ü Harian Republika (10 September 2002) memberitakan .....
Skripsi/Tesis/Disertasi yang
belum diterbitkan
ü ..... (Nazaruddin, Skripsi, 2004: 205).
ü Menurut Nazaruddin (Skripsi, 2004: 205), .....
Makalah seminar yang tidak
diterbitkan
ü ..... (Nazaruddin, Makalah, 2007).
ü Dalam makalahnya yang disampaikan dalam Temu Ilmiah
Nasional Komunikasi, Nazaruddin (2007) mengatakan, .....
Dokumen yang tidak diterbitkan
ü ..... (U.S. Department of Foreign Affairs, 1998).
ü Dalam dokumen yang dikeluarkan U.S. Department of Foreign
Affairs (1998) disebutkan bahwa …..
Artikel dari internet
….. (Chesney, www.thirdworldtraveler.com/ Robert_McChesney_
page.html, akses 15 Juni 2007).
Mengutip
Chesney (www.thirdworldtraveler.com/Robert_ McChesney_page.html, akses 15 Juni 2007),
…..
Perhatikan: alamat web yang
dicantumkan adalah alamat lengkap, dengan cara copy-paste dari address
web secara langsung.
Pernyataan lisan
ü ….. (Samijan, wawancara, 11 November 2006).
ü Dalam wawancara dengan penulis, Samijan (11 November 2006)
mengatakan ……
Referensi dari sumber kedua
ü Menurut Marx (seperti dikutip Takwin, 2000: 44), ......
c. Penggunaan Kutipan dan
Referensi
1).
Kutipan langsung empat baris atau lebih
Prinsip-prinsip:
a). Kutipan
dipisahkan dari teks.
b). Kutipan
menjorok ke dalam lebih kurang tujuh karakter. Bila awal kutipan adalah alinea
baru, baris pertama kutipan menjorok lagi ke dalam lebih kurang tujuh karakter.
c). Kutipan
diketik dengan spasi satu.
d). Kutipan
diawali dan diakhiri dengan tanda kutip (boleh tidak).
e). Jika
menggunakan catatan tubuh (bodynote), maka cacatan tubuh dicantumkan
setelah kutipan. Contoh:
Pertanyaannya
kemudian adalah bagaimana kelas berkuasa bekerja melalui ideologi untuk
melanggengkan dominasi mereka? Barangkali penting dikutip di sini bagaimana
Marx menjelaskan bekerjanya kelas berkuasa:
“Individu-individu
yang menyusun kelas yang berkuasa berkeinginan memiliki sesuatu/kesadaran dari
yang lainnya. Ketika mereka memegang peranan sebagai sebuah kelas dan
menentukan keseluruhannya dalam sebuah kurun waktu, hal tersebut adalah bukti
diri bahwa mereka melakukan tersebut dalam jangkauannya kepada yang lainnya,
memegang peranan sekaligus pula sebagai pemikir-pemikir, sebagai pemproduksi
ide serta mengatur produksi dan distribusi idenya pada masa tersebut.” (Berger,
2000: 44 – 45)
Dalam contoh di
atas, kalimat ”Pertanyaannya kemudian.....bekerjanya kelas berkuasa” adalah
naskah skripsi. Kalimat ”Individu-individu.....pada masa tersebut” adalah
kutipan langsung dari sebuah buku yang ditulis Arthur Asa Berger, diterbitkan
pada tahun 2000, dan kutipan berasal dari halaman 44-45 buku tersebut.
f). Jika
menggunakan catatan kaki (footnote), maka nomor indeks ditempatkan
setelah kutipan, lalu di bagian bawah halaman tersebut (bagian kaki halaman)
terdapat keterangan nomor indeks yang menjelaskan sumber kutipan tersebut.
Contoh:
Pertanyaannya
kemudian adalah bagaimana kelas berkuasa bekerja melalui ideologi untuk
melanggengkan dominasi mereka? Barangkali penting dikutip di sini bagaimana
Marx menjelaskan bekerjanya kelas berkuasa:
“Individu-individu yang menyusun
kelas yang berkuasa berkeinginan memiliki sesuatu/kesadaran dari yang lainnya.
Ketika mereka memegang peranan sebagai sebuah kelas dan menentukan
keseluruhannya dalam sebuah kurun waktu, hal tersebut adalah bukti diri bahwa
mereka melakukan tersebut dalam jangkauannya kepada
yang lainnya, memegang peranan sekaligus pula sebagai pemikir-pemikir, sebagai
pemproduksi ide serta mengatur produksi dan distribusi idenya pada masa
tersebut.” 19
Dalam contoh di atas, kalimat ”Pertanyaannya
kemudian.....bekerjanya kelas berkuasa” adalah naskah skripsi. Kalimat ”Individu-individu.....pada
masa tersebut” adalah kutipan. Catatan kaki dalam contoh ini bisa
dilengkapi dengan keterangan tambahan. 20
2). Kutipan langsung kurang dari
empat baris
Prinsip-prinsip:
a). Kutipan tidak dipisahkan dari teks (menyatu dengan
teks).
b). Kutipan harus diawali dan diakhiri dengan tanda kutip.
c). Jika menggunakan catatan tubuh, contoh:
Bagi sebuah
kekuasaan resmi negara, salah satu representasi ideologi yang penting terwujud
dalam pidato dan pernyataan-pernyataan para penyelenggara kekuasaan negara
tersebut, secara khusus adalah seorang presiden ataupun raja yang berkuasa.
Hart (1967: 61) mengatakan: "The symbolic dimensions of politics
speech-making, for presidents, is a political act, the mechanism for wielding
power." Dalam contoh di atas, kalimat “Bagi sebuah kekuasaan …..
raja yang berkuasa” adalah naskah skripsi. Kalimat “The symbolic ….. for
wielding power” adalah kutipan dari buku yang ditulis R.P. Hart,
diterbitkan pada tahun 1967, dan kutipan berasal dari halaman 61 buku tersebut.
d). Jika menggunakan catatan kaki, contoh:
Bagi sebuah
kekuasaan resmi negara, salah satu representasi ideologi yang penting terwujud
dalam pidato dan pernyataan-pernyataan para penyelenggara kekuasaan negara
tersebut, secara khusus adalah seorang presiden ataupun raja yang berkuasa.
Hart mengatakan: "The symbolic dimensions of politics speech-making,
for presidents, is a political act, the mechanism for wielding power." 21
Dalam contoh di atas, kalimat “Bagi sebuah kekuasaan ….. raja yang
berkuasa” adalah naskah skripsi. Kalimat “The symbolic ….. for wielding power” adalah kutipan. Catatan
kaki dalam contoh ini bisa dilengkapi dengan keterangan tambahan. 22
19
Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi (Yogyakarta:
Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45.
20
Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi (Yogyakarta:
Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45. Cukup jelas, Marx
menawarkan gagasan bahwa ide-ide atau gagasan pada suatu masa adalah yang
disebarluaskan dan dipopulerkan oleh kelas berkuasa sesuai kepentingannya.
Kelas penguasa itu, seperti ditegaskan Marx, merupakan pemikir, pemproduksi ide
sekaligus mengatur distribusi idenya. Dalam hal produksi dan penyebarluasan ide
inilah kita bisa mengurai saling keterkaitan antara kelas penguasa, ideologi, wacana
dan media.
21
R.P. Hardt, The Sound of Leadership: Presidential Communication in the Modern-Age (Chicago:
Chicago University Press, 1987), hal. 61.
22
Pada dasarnya tiap pemimpin politik selalu
menciptakan bahasa politik yang menjadi kekuatan utama konsolidasi simbolik
dalam rangka mendukung politik dijalankan serta meneguhkan ideologi kekuasaan.
Dalam sebuah studinya mengenai pidato kemenangan presiden di Amerika, Corcohan
menunjukkan bahwa tiap
3). Kutipan tidak langsung.
Prinsip-prinsip:
a). Kutipan tidak dipisahkan dari teks (menyatu dengan
teks).
b). Kutipan tidak boleh menggunakan tanda kutip.
c). Jika menggunakan catatan tubuh, contoh:
Media bukanlah
sarana netral yang menampilkan berbagai ideologi dan kelompok apa adanya, media
adalah subjek yang lengkap dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan
ideologisnya. Janet Woollacott dan David Barrat menegaskan pandangan para
teoritis Marxis bahwa ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam
pemberitaan (Wollacott, 1982: 109, Barrat, 1994: 51-52). Media berpihak pada
kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka sekaligus mengontrol dan
memarginalkan wacana dan ideologi kelompok-kelompok lain. Dalam contoh di atas,
pernyataan bahwa ”ideologi yang dominan yang akan tampil dalam pemberitaan” adalah
inti pendapat dari James Wollacott dan David Barrat yang penulis sajikan dalam
bahasa sendiri.
d). Jika menggunakan catatan kaki, contoh:
Media bukanlah
sarana netral yang menampilkan berbagai ideologi dan kelompok apa adanya, media
adalah subjek yang lengkap dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan
ideologisnya. Janet Woollacott dan David Barrat menegaskan pandangan para
teoritis Marxis bahwa ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam
pemberitaan.23 Media
berpihak pada kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka sekaligus
mengontrol dan memarginalkan wacana dan ideologi kelompok-kelompok lain.
Dalam contoh
di atas, catatan kaki bisa dilengkapi dengan keterangan tambahan. 24
presiden
ternyata mempunyai gaya bahasa serta strategi wacana yang berbeda. Lihat lebih
jauh di R.P. Hardt, The Sound of
Leadership: Presidential Communication in the Modern-Age (Chicago:
Chicago University Press, 1987), hal. 61.
23
David
Barrat, Media Sociology (London
and New York: Routledge, 1994), hal. 51-52. Lihat juga Janet Wollacott,
“Message and Meanings”, dalam Culture,
Society and the Media, eds. Michael
Gurevitch, James Curran and James Wollacott (London: Methuen, 1982), hal. 109.
24
Keberpihakan
media akan menampilkan kelompok dominan dalam pemberitaan. Lebih jauh, media
bukan hanya alat bagi ideologi dominan, tetapi juga memproduksi ideologi
dominan itu sendiri. Lihat David Barrat, Media
Sociology (London and New York: Routledge, 1994), hal. 51-52. Lihat juga
Janet Wollacott, “Message and Meanings”, dalam Culture, Society and the Media, eds. Michael Gurevitch, James Curran and James Wollacott
(London: Methuen, 1982), hal. 109.
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)